Geng Motor iMuT Berkelana Urus Ternak di Bumi Flobamora
“Jika ada yang bersedia menjadi teman diskusi dan mau membagi ilmu serta keterampilan praktis, masyarakat peternak dapat menyelesaikan masalah mereka dengan memanfaatkan apa yang ada, menjadi mandiri, dan hidup sejahtera” – Geng Motor iMuT
Siang itu cukup terik, gumpalan awan putih berarak di atas langit Kampung Nunpaun, Kelurahan Buraen, Kabupaten Kupang. Angin berhembus sepoi-sepoi, sementara lenguh sapi bersahut-sahutan saat beberapa bangku kayu di depan kandang mulai diduduki banyak orang.
“Selamat siang Bapa-Bapa dan Mama-Mama! Senang sekali, kami dari Geng Motor iMuT bisa berkumpul dengan Bapa-Mama semua untuk sama-sama belajar tentang suplemen makanan ternak dengan bahan utama gula lontar. Ini bisa sangat membantu untuk mencukupi kebutuhan makanan ternak saat musim kemaru”, Ofrianus Manu anggota Geng Motor iMuT, tersenyum penuh hormat saat membuka pertemuan kelompok tani Baru Terbit.
Tak kurang dari duapuluh orang, hampir semuanya laki-laki, duduk membentuk setengah lingkaran, berhadap-hadapan dengan kandang sapi milik kelompok. Dengan seksama mereka memperhatikan Ofrianus memperkenalkan bahan-bahan untuk membuat suplemen, memasak bahan tersebut, lalu mengajak para anggota kelompok bersama-sama memadatkan dan mengeringkannya.
“Awalnya kami kira kampung kita ini akan kedatangan geng motor yang suka bikin rusuh. Tapi ternyata mereka mau bagi ilmu”, aku Yakob Fay, Ketua Kelompok Tani Baru Terbit seusai pertemuan kelompok.
Berbagi ilmu. Inilah yang mendorong sekelompok pemuda asal Kupang melakukan konvoi motor mengunjungi daerah-daerah terpencil di bumi Timor sejak tahun 2005. Saat itu, Noverius Nggili, Gunawan Dwi Junianto, Semi Kase, Donald Mangngi, Jurgen Nubatonis, dan keenam teman lainnya baru menjadi alumni muda Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Pada saat yang sama, mereka juga prihatin melihat kondisi petani dan peternak di Nusa Tenggara Timur yang sepertinya tak kunjung tak kunjung sejahtera.
“NTT pernah menjadi sentra produksi ternak di era 70an. Budaya beternak dan bertani telah melekat erat di masyarakat. Namun hingga kini, banyak masalah yang dihadapi masyarakat peternak sepertinya belum terjawab oleh maraknya program dan bantuan pemerintah dan badan pembangunan lain yang sifatnya periodik”, tutur Noverius Nggili, Koordinator Geng Motor iMuT. Serangkaian diskusi yang dilakukan sepuluh tahun silam menyadarkan mereka bahwa sebagian besar program dan bantuan tersebut belum berhasil mentransfer ilmu praktis yang dibutuhkan petani dan peternak untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mereka hadapi secara mandiri.
“Banyak sekali ilmu dan hasil penelitian yang menumpuk di perpustakaan kampus tapi tidak menghasilkan perubahan apa-apa bagi para peternak dan petani di pelosok-pelosok NTT. Saat berhasil membagi ilmu yang kami miliki dan melihat ilmu itu bermanfaat bagi petani, disitulah kami merasa bangga”, ujar Gunawan Junianto, anggota Geng Motor iMuT.
Tahun 2010, kelompok anak muda ini bertransformasi menjadi sebuah lembaga yang dinamakan Geng Motor iMuT. Kata iMuT dipilih untuk mewakili singkatan Aliansi Masyarakat Peduli Ternak. Syarat minimal untuk menjadi anggotanya adalah memiliki dua ekor ternak, bersedia membagi ilmu, dan bersedia berkelana dengan menggunakan motor. Tapaleuk urus ternak atau berkelana urus ternak pun dipilih untuk menjadi semboyan. Bagi Geng Motor iMuT, ternak adalah entry point untuk meningkatkan kapasitas peternak dan petani agar bisa mandiri dan sejahtera.
Setidaknya telah 44 desa dan kelurahan di 9 pulau di NTT telah dikunjungi oleh Geng Motor iMuT sejak tahun 2005. Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Geng Motor iMuT mewujudkan lebih banyak ide kreatif mereka.
Inovasi dari sebuah bengkel
Salah satu keunikan Geng Motor iMuT adalah pertemuan rutin yang dinamakan Sabtu Bermimpi. Dari pertemuan ini lahir berbagai inovasi yang menjadi solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi sebagian besar masyarakat NTT.Selama ini mereka menyulap teras rumah seorang anggota menjadi tempat merakit, mengelas, dan berbagai aktivitas perbengkelan lainnya. “Bagi kami, bengkel tidak terbatas pada ruang fisik semata, namun sebuah ruang untuk berkreasi dan menghasilkan produk yang bermanfaat,” jelas Noverius Nggili.
Desalinator iMuT adalah salah satu produk yang dilahirkan dari bengkel yang mereka namakan Bengkel Inovasi. Alat sederhana ini menguapkan air laut untuk menghasilkan air tawar dan kristal garam yang jika dicampur dengan iodium dapat dijual guna menambah pendapatan masyarakat. Desalinator iMuT menjadi solusi tepat dan murah bagi banyak masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di NTT yang sulit mendapatkan air tawar. Karya ini menghantarkan Geng Motor iMuT terpilih sebagai salah satu finalis Mandiri Young Technopreneur Award 2011, sebuah ajang penghargaan yang diadakan Bank Mandiri bagi anak-anak muda yang telah menciptakan teknologi tepat guna untuk kepentingan masyarakat.
Inovasi mengesankan lainnya adalah Digester Portable Biogas* yang dinamakan DePoBiMuT S-001 dan DePoBiMuT S-002. Sama halnya dengan Desalinator iMuT, digester protable biogas yang diciptakan Geng Motor iMuT juga sederhana, mudah digunakan, dan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar masyarakat, misalnya kotoran ternak, drum dan ban dalam bekas. Dalam dua tahun, sebanyak 22 unit digester telah dipasang dan aktif digunakan pada 18 lokasi di sekitar pulau Timor, Alor, dan Rote.
“Sekarang pengeluaran saya bisa berkurang karena tidak lagi beli banyak minyak. Sekali saya ambil kotoran ternak dari kandang, saya bisa pakai gasnya untuk dua hari”, tutur mama Dorkas, seorang anggota Kelompok Wanita Tani Damai di Desa Noelbaki sambil tersenyum senang saat menggoreng telur di atas kompor ramping berwarna abu-abu muda.
Sebuah ban dalam bekas berisi gas yang dihasilkan dari drum berisi kotoran ternak, tergantung di depan pintu dapur. Ban itu terlihat sedikit kempes setelah digunakan menggoreng telur. “Kalau sudah kempes begini, sebentar lagi sudah mesti isi bahan ke dalam drum”, jelas Mama Dorkas. Tentu saja bahan yang dimaksud Mama Dorkas adalah slury, cairan campuran kotoran ternak dan air.
Menggalang dukungan memperluas jaringan
Kreativitas dan keunikan Geng Motor iMuT di tengah berbagai pemberitaan negatif tentang geng motor dan merosotnya moral generasi muda Indonesia adalah daya tarik utama bagi kelompok anak muda yang bermarkas di Kota Kupang ini. Bustaman Marolah, Lurah Bakunase, Kabupaten Kupang, termasuk salah seorang kawan seperjuangan yang merasakan perubahan yang terjadi di kelurahan yang dipimpinnya pasca berkenalan dengan Geng Motor iMuT.
“Dua tahun lalu warga Bakunase menghadapi masalah limbah ternak dan limbah produksi tahu tempe. Ini masalah yang sensitif dan berpotensi konflik, mengingat pengusaha tahu tempe adalah warga pendatang dan limbah ternak berasal dari hewan yang diharamkan oleh agama tertentu”, kenang Bustaman, lelaki berdarah Flores yang menjabat sebagai Lurah Bakunase tak lama setelah kelulusannya dari STPDN Jatinangor.
“Kehadiran Geng Motor iMuT menawarkan solusi bagi warga Bakunase. Saat itu warga sangat senang karena bisa memanfaatkan limbah menjadi biogas dan menghasilkan pupuk organik cair yang bisa dijual. Saya pun lega karena kerukunan antar warga Bakunase tetap terjaga, bahkan warga menjadi lebih produktif”, lanjut Bustaman dengan mata berbinar-binar.
Geng Motor iMuT juga mendapat dukungan dari Perkumpulan Pikul, sebuah organisasi di Kupang yang bekerja di pulau-pulau kecil di Indonesia Timur untuk mewujudkan kampung yang berdaulat atas air, pangan dan energi. Geng Motor iMuT pun memperluas jaringan dan menambah keanggotaan. Kini jumlah anggota aktif Geng Motor iMuT adalah limapuluh orang dengan latar belakang ilmu yang beragamdan 700 pendukung dari jejaring online di Indonesia dan mancanegara.
Geng Motor iMuT saat ini juga bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) melalui program Regional Fisheries Livelihoods Programme for South and Southeast Asia untuk memperkenalkan penggunaan biogas sebagai mata pencaharian alternatif dan solusi atas langkanya bahan bakar minyak. “Sebelum bertemu dengan Geng Motor iMuT, kami melakukan observasi di Jawa mencari teknologi kompor biogas untuk diperkenalkan di NTT. Saat itu harga digester biogas termurah yang kami dapatkan dari Jawa seharga limabelas juta rupiah sedangkan produk Geng Motor iMuT harganya satu setengah juga saja”, tutur Aminudin Salka, National Project Manager RFLP FAO.
Ilmu untuk dibagi bukan dibawa mati
Filosofi bahwa ilmu untuk dibagi bukan dibawa mati adalah motivasi terbesar bagi para anggota Geng Motor iMuT dalam berkarya. “Sejak bergabung dua tahun lalu, saya belajar banyak hal dan membagi apa yang saya ketahui dengan banyak orang. Ini pengalaman terbesar yang saya banggakan”, tutur Ofrianus Manu yang sedang menyelesaikan skripsinya. “Saya tidak lagi bingung harus bekerja di mana setelah lulus nanti. Saya bisa berwirausaha dan terus bekerja bersama Geng Motor iMuT”, lanjut Ofrianus sambil tersenyum.
Geng Motor iMuT juga menjalin kerjasama dengan almamaternya, Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, dengan menerima mahasiswa untuk melakukan kerja praktek atau magang pada beberapa kelompok tani dampingan mereka. “Mahasiswa kami belajar mempraktekkan ilmu manajemen ternak pada masyarakat dengan bergabung dalam memperkenalkan teknologi biogas pada para petani dan peternak”, jelas Ir. Upik Sy. Rosnah, MP, Dosen Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.
“Saya bangga melihat mantan mahasiswa saya bisa menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat bahkan berprestasi di tingkat nasional”, aku Upi yang tersenyum menyembunyikan haru. “Seperti kata bung Karno, beri saya sepuluh pemuda, maka akan kuubah dunia. Begitulah saya melihat anak-anak saya di Geng Motor iMuT”, ujarnya.
Generasi muda adalah masa depan bangsa. Semakin banyak anak muda yang berilmu, berpandangan positif, kreatif, dan percaya diri akan menjamin wajah Indonesia sebagai bangsa yang berhasil di mata dunia. Bersediakah kita belajar dari pengalaman generasi muda yang tak pantang menyerah ini dan membagi ilmu yang kita miliki untuk masa depan Indonesia yang sejahtera? Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuat perubahan itu nyata.
*Digester Portable Biogas adalah satu set perangkat untuk mengolah kotoran ternak menjadi biogas, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu digester (reaktor biogas), ban dalam bekas (penampung gas sekaligus regulator), dan kompor.